Rahasia di Ujung Tanduk

Admin
0
Ardit dan Karissa meninggalkan Rana dan Tala di ruangan poliklinik. Dengan bola basket di tangannya Ardit menuju ruangan ganti diikuti Karissa.

“Dit, aku curiga sama Rana dan Tala, tumben mereka datang melihat kamu main basket, biasanya gak ada, kamu kenal mereka dekat ya? “Tanya Karissa.

“iya, aku kenal Tara, anaknya asik kok untuk teman Sa”

“iya asik dijadikan teman, tapi gelagatnya gangguin dan curiga deh”

“curiga gimana?”

“aku cewek Dit, ada gelagat lain dari Rana sama kamu, kayak nyimpan sesuatu gitu”

“perasaan kamu aja itu Sa”

“atau jangan-jangan mereka curiga lagi kalau kita pasangan kekasih, gelagatnya begitu Dit”, Ardit ketawa lepas mendengar penuturan Karissa

“hahahaha, ada-ada aja kamu Sa, biarin deh, kalau pun iya mereke punya curigaan begitu, nyatanya kan gak, masa sepupuan pacaran”

“iya aku tau gak, tapi gelagat curigaan mereka begitu pas liat aku Dit”

Ardit mikir keras..

“ya udah, kalau memang gelagat mereka begitu dan semua orang yang melihat beranggapan begitu, kita benarkan aja dugaan mereka, toh kenyataannya gak, biar aku gak diganggu cewek iseng, dan kamu juga gak di goda cowok mata keranjang”, Ardit serius mikir.

“enak di kamu, gak enak di aku dong Dit, aku kan pengen kenal sama cowok-cowok kece di kampus”

“ya elah dasar, belum juga kamu kapo sama mantan-mantan sebelumnya? Jangan dong sakitin hati sendiri mulu”

“boleh juga sih ide kamu Dit, tapi kamu sendiri ya ntar cariin aku cowok yang baik dan setia untuk aku”

“bolehlah, aku carikan calon suami nanti untuk kamu, ngapain pacaran melulu, kalau mau serius nikah aja langsung, hahaha”, Ardit tertawa lepas.

“nikah, nikah, aku belum siap tau, masih penjajakan, aku takut salah pilih ntar Dit”

“kan aku yang carikan, pasti yang baiklah aku carikan Sa, gak mungkin untuk sepupu aku carikan sembarang orang, ya gak lah”

“deal?”

“kalau kamu setuju, ya deal, kita jalan terus, sampai orang mikir kita benaran pasangan kekasih, nanti aku pilihkan laki-laki baik buat kamu, kalau aku mah sudah ada incaran dari dulu, tinggal datangin bapaknya mah”

“oke, deal”


***

Rana dan Tala panik dengan buku penelitian biru yang tercecer entah dimana, mereka kembali ke lapangan basket, berharap menemukan buku rahasia itu.

“Tal, mampus Aku Tal, bisa mati kartu kalau ditemukan oleh orang lain”

“aduh Ran, gimana caranya sekarang, gak mungkin kita tanya ke semua yang ada di sini tadi”

“atau jangan-jangan dua orang cewek yang dibelakang kita tadi yang nemuin?”

“bisa jadi Tar, tapi itu siapa? Kita gak kenal dan gimana lacaknya”

“gini deh, kita coba tanya ke anak-ana PMI aja dulu, mana tau mereka yang nyimpan karena tercecer, kamu sih gak liat-liat isi tas aku pas aku pingsan”

“yeeee, kamu nyalahin aku lagi, lu sih, kenapa dibawa-bawa coba ke kampus buku rahasia begituan, kan rawan bahaya di tengah jalan”

“…”


***

Ardit dan Karissa menuju kantin selepas dari ruang ganti basket. Mereka kelaparan dan ingin makan. Ditengah jalan, seorang pemuda menghampiri Ardit.

“Dit, lu mau kemana?” teman Ardit dari salah satu organisasi kampus, yang dia minta tolong untuk ngangkat Rana pas pingsan tadi.

“eh, sob, ini mau ke kantin, sekalian yuk, gue traktir, anggap aja ucapan terimakasih gue untuk bantuannya tadi”

“gak Dit makasih, itu sudah tugas gue bantuan mahasiswa mana aja”

“iya, gak apa-apa Di, sekalian. Sambil ngobrol santai gitu, lu kayak ada yang mau disampaikan juga”

“hmmmm, gimana ya?, ya deh, bolehlah”
Ardit, Karissa dan Ardi berjalan sambil ngobrol santai ke kantin. Dari kejauhan Rana dan Tala juga sedang menuju ke kantin.


***

“duh sempat gak ketemu itu buku, aku bisa mati Tal”

“sabar aja neng, ntar bakal nemu kok, cuma butuh waktu aja, sama kayak jodoh, cuma butuh waktu”

“ya elah, ke jodoh lagi, orang patah hati gini, kamu ngomong jodoh, sakit tau”

Dari kejauhan Tala melihat Ardit dan Ardi.

“eh itu kayaknya Ardit dan anak PMI tadi deh, itu loh, aduh jangan-jangan buku rahasia itu sama Ardit atau anak PMI itu Ran. Jangan-jangan karena dia gak kenal kamu, jadi dia mau kasih itu buku ke Ardit, kan cuma Ardit yang bisa hubungkan dia ke kamu, KO Ran”

“…...”

“mampus, jangan sampai deh, kalau bener dugaan aku, bisa hancur semua Ran, bisa mati kamu Ran"

“……”

“alamak”

“……”


Note: ini adalah SBT OWOP, dimana saya Helmi Yani mendapatkan urutan ke lima, semoga cerita ini menghibur pembaca. Jika ingin tau cerita dari awal, silahkan baca dari episode pertama ya..


Episode 1 Pengagum Rahasia By Rias

Episode 2 Rencana yang Gagal By Dini

Episode 3 Buku Penelitian Biru By Mr. Izzy

Episode 4 Sebuah Insiden By Evnaya

Episode 5 Oleh Saya sendiri  Helmi Yani

Episode selanjutnya di Blog Rias

ikutin terus ya....

Posting Komentar

0Komentar
Posting Komentar (0)